Lato-lato, entah gimana ceritanya mainan jadul ini bisa viral sejak awal Desember 2022. Bunyi tek tek tek sering banget kita dengar di setiap pojokan jalan. Anak-anak hingga dewasa ramai-ramai memainkan permainan ini, hingga Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan Presiden Jokowi pun sempat mencoba mainan ini. Tapi pernahkan kita mencari tahu apa sih Lato-lato ini? Darimana asalnya? Yuk kita simak artikel ini.

Lato-lato bukan mainan asli Indonesia. Permainan ini banyak dikenal di negara-negara lain dengan nama berbeda. Di Indonesia, mainan ini disebut juga nok-nok karena mengeluarkan bunyi 'nok nok nok' ketika dimainkan. Lato-lato atau nok-nok sempat populer di Indonesia pada tahun 1990-an hingga awal 2000-an. Kini, mainan itu kembali digemari masyarakat, tidak hanya anak-anak tetapi juga orang dewasa.

Jokowi dan Ridwan Kamil pun ikut menjajal mainan tersebut. Aksi keduanya saat main lato-lato diunggah oleh Kang Emil di akun Instagram pribadinya. "Main nok-nok bareng presiden dan gubernur," tulis Emil dalam keterangan video tersebit. Lato-lato terdiri dari dua bandulan berat yang terbuat dari plastik dan digantung menyambung dengan sebuah dengan panjang kira-kira satu meter.

Harga lato-lato beragam, karena jenisnya juga macam-macam, ada yang sudah dimodifikasi dengan warna dan bentuk berbeda. Ada yang harganya Rp13 ribu hingga Rp20 ribu. Cara Memainkan Lato-Lato Di luar Indonesia, lato-lato disebut sebagai Clackers, Ker-Bangers, Katto-Katto, dan banyak nama lainnya.


Awalnya, lato-lato tidak terbuat dari plastik melainkan kaca yang pada akhirnya akan pecah. Pada awal 1970-an, pabrikan mengubahnya menjadi bola plastik yang digantung di setiap tali. Cara memainkan lato-lato cukup mudah, tinggal ayunkan ke atas dan ke bawah, saling membentur dengan sangat kuat, sehingga menimbulkan suara "klak" yang keras.

Lato-lato mirip dengan bolas, senjata Argentina, terbentuk dari dua bola polimer padat, masing-masing berdiameter sekitar 2 inci (5 cm), melekat pada tali yang kokoh dengan pegangan di tengahnya. Pemain memegang bagian tengah tali penghubung bola dan melalui gerakan tangan naik-turun membuat kedua bola berayun terpisah dan kembali bersama, membuat suara klak yang memberi nama pada mainan itu.

Dengan latihan yang cukup, seseorang dapat membuat bola berayun sehingga saling bertabrakan baik di atas maupun di bawah tangan. Mengayunkan clackers bisa menjadi kesenangan tersendiri. Pemain clackers pertama-tama perlu memastikan dua bola yang diayunkannya bergerak berlawanan arah, saling membentur di bawah tangannya. Setelah itu, usai momentum terbentuk, ayunan bisa dibuat hingga 180 derajat, sehingga bola tersebut berbenturan pula di atas tangan.


Kunci dalam memainkan lato-lato terletak pada gerakan tangan yang tepat untuk memastikan senar tetap lurus, sehingga bola tetap berbenturan dengan gerakan teratur di atas dan bawah tangah. Tujuannya adalah mempertahankan bunyi clack-clack-clak selama mungkin.

Lato-lato sempat ditarik dari pasar di Amerika Serikat dan Kanada ketika muncul laporan banyak anak-anak yang terluka saat bermain, sebab lato-lato termasuk mainan cukup berat dan bergerak cepat, dan terbuat dari plastik akrilik keras. Di Amerika Serikat, lato-lato digolongkan sebagai "mechanical hazard" atau peringatan mainan yang bisa menimbulkan bahaya.

Versi lato-lato yang didesain ulang terjadi di tahun 1990-an. Desain baru menggunakan plastik modern yang tidak akan pecah. Dalam laporan New York Times pada Agustus 1971, di Italia pernah diadakan kejuaraan dunia clackers, tepatnya di desa Calcinatello, dekat Brescia. Dalam kejuaraan ini, berbagai peserta dari Belanda, Belgia, Swiss, Inggris, hingga Kanada datang untuk menguji kemampuan mengayunkan clackers.

Sumber : tirto.id

Post a Comment